Sekilas Islam dan Teknologi
Saturday, September 14, 2013
Donna Eljammal, Polisi Berjilbab Pertama di Swedia
dakwatuna.com – Donna Eljammal yang berusia 26 tahun, merupakan polisi Muslimah pertama di Swedia yang mengenakan jilbab. Demikian dilaporkan Metro Se, Rabu (7/12).
Ia mengungkapkan bahwa keinginannya untuk menjadi anggota polisi jauh sebelum dirinya mengenakan jilbab. “Sejak aku masih kecil. Saya ingin membantu orang lain sehingga dapat bergerak dan bukan hanya duduk di depan komputer,” tuturnya.
Beberapa tahun yang lalu mengenakan jilbab menjadi mungkin, sebagai bagian dari seragam polisi, pascabeberapa perdebatan. Menurut dia, Swedia adalah sebuah negara multikultural dan itu penting bahwa, dalam setiap bidang, akan ada orang-orang dari latar belakang yang berbeda, karena ingin meningkatkan pengetahuan dan pemahaman.
“Saya tumbuh di PiteÃ¥ kecil dan kami berada di antara keluarga imigran pertama di sana. Bahkan ketika saya bekerja di lapas (Lembaga Pemasyarakatan) aku adalah orang pertama yang mengenakan jilbab. Tapi tidak ada banyak komentar tentang jilbab ketika mereka harus tahu saya sebagai pribadi,” bebernya.
Eljammal tidak berpikir melepaskan jilbabnya saat bekerja. Dia melihat jilbab sebagai bagian dari dirinya dan dapat melakukan segala sesuatu dengan jilbab, sehingga dia melihat tidak ada gunanya untuk melepaskannya. (Djibril Muhammad/www.abna.ir/RoL) Redaktur: Hendra
Wali Kota Berjilbab Pertama di Eropa
dakwatuna.com – Sarajevo. Amra Babic, 43, berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah setelah memenangi pemilihan wali (pilwali) Kota Visoko, Bosnia & Herzegovina. Itu terkait dengan statusnya sebagai muslimah yang berhijab (jilbab). Babic pun tak hanya tercatat sebagai wali kota perempuan pertama yang berjilbab di negerinya, tetapi juga di seantero Eropa.
Perempuan yang juga berprofesi sebagai ekonom itu pun menyebut kemenangannya tersebut sebagai sebuah model bagi Eropa dan Islam. Menurut dia, terpilihnya dirinya itu merupakan kemenangan besar dari demokrasi. ’’Rekan-rekan saya maupun warga kota (Visoko, Red) menunjukkan semangat keterbukaan. Mereka memilih tak hanya karena saya perempuan, tetapi karena saya mengenakan busana yang menutupi seluruh aurat. Ini penghormatan terhadap Islam,’’ paparnya kepada Agence France-Presse Rabu (24/10).
’’(Kemenangannya ) ini adalah model bagi Eropa. Lebih dari itu, juga model bagi Timur dan Barat yang bertemu di sini, di Bosnia,’’ lanjut ibu tiga anak tersebut.
Babic, yang sejak lama secara teratur sudah mengenakan hijab itu, memenangi 30 persen suara dalam pilwali di Kota Visoko pada Minggu lalu (21/10). Kota kecil yang terletak di dekat Sarajevo, ibu kota Federasi Bosnia & Herzegovina, tersebut berpenduduk sekitar 50 ribu jiwa. Mayoritas atau sekitar 75 persen di antaranya adalah etnis Bosnia. Sisanya adalah warga Serbia, Kroasia, dan sejumlah etnis lain. Dia pun akan menjabat wali kota selama empat tahun.
Dua hari setelah terpilih, Babic yang tergabung dalam Partai Aksi Demokratis atau SDA (partai Muslim utama di Bosnia) itu sibuk menerima banyak telepon berisi ucapan selamat. Karangan bunga juga berdatangan ke rumah dan kantornya.
’’Islam sangat jelas memperhatikan kaum perempuan,’’ ujar Babic. Sebelum bertarung dalam pilwali, dia menjabat menteri keuangan di Kanton (setingkat provinsi) Zenica-Doboj. Di Bosnia, terdapat 10 kanton.
Babic percaya bahwa negaranya berada di antara negara-negara Eropa modern. ’’Saya pun yakin bahwa jilbab yang saya kenakan tidak akan menjadi penghalang. Eropa akan memahami bahwa itu terkait dengan penghormatan rakyat pada identitas mereka sendiri dan toleransi mereka untuk menghormati hak orang lain,’’ jelasnya.
Dia pun membuktikannya. Saat Babic melintas di tengah Kota Visoko, dengan jilbabnya, beberapa pria yang kongko di luar kafe langsung berdiri dan mematikan rokoknya. Sikap tersebut sebagai penghormatan kepada wali kota baru mereka. Ekonom 43 tahun tersebut menjadi buah bibir di negeri Balkan yang telah lama dikoyak perang.
Kemenangannya justru terjadi di tengah banyak negara Eropa lain berdebat tentang pemberlakuan peraturan yang melarang pemakaian jilbab bagi perempuan Muslim. Turki dan mayoritas negara Muslim lain yang coba mendapatkan keanggotaan Uni Eropa meminta blok negara Benua Biru itu menjaga supaya simbol agama tidak dicampuradukkan dalam urusan kehidupan publik.
Bagi Babic, kemenangannya merupakan bukti bahwa penerapan ajaran Islam tak bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi Barat. ’’Ini adalah kemenangan bagi toleransi,’’ ujar janda pahlawan perang itu. ’’Kami mengirim pesan dari Visoko soal toleransi, demokrasi, dan kesetaraan,’’ serunya.
Selama berabad-abad, Bosnia menjadi negara tempat berbagai budaya dan agama hidup damai. Muslim Bosnia, Kristen Ortodoks Serbia, dan Katolik Roma Kroasia bisa berdampingan. Meski beberapa kali terjadi konflik, secara umum mereka hidup damai sampai pecah Perang Balkan pada 1990-an. (AFP/AP/cak/dwi/jppn) Redaktur: Hendra
Subscribe to:
Posts (Atom)
Jadwal Sholat
Popular Posts
Blog Archive
Chat
About Me
© Zero Magnet 2013 . Powered by Tweetaku Design by @ngengs.